Silahkan di copy

Ilmu yang menurun dan bermanfaat tidak akan menghentikan "kehidupan"
maka, silahkan dicopy atau dishare

Sabtu, 30 Juli 2011

Navigasi




Navigasi adalah proses penentuan posisi, arah lintasan secara cepat dan tepat dengan menggunakan alat bantu.
Navigasi dibagi menjadi dua, yaitu navigasi darat dan navigasi laut. Adapun yang akan kita pelajari adalah navigasi darat dan navigasi praktis.

Komponen–Komponen Navigasi :
·            Map ( peta )
·            Kompas
·            Alat ukur
·            Alat tulis

Map ( Peta )
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu.
Adapun peta yang dipakai dalam navigasi adalah peta topografi, berbentuk garis dan kontur.
Yang perlu diperhatikan dari peta adalah akurasi, penerbit dan tahun pembuatan.

Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
  1. Badan, tempat komponen lainnya berada
  2. Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan magnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
  3. Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.

Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orientaring (misal kompas silva, sunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat.
Jadi yang perlu diperhatikan dari kompas adalah bahan pembuat kompas, akurasi arah dan akurasi ukur derajat.

Alat Ukur
Alat ukur yang dipakai dalam navigasi adalah penggaris khusus navigasi yang dilengkapi dengan koordinat – koordinat dan derajat.

Alat Tulis

Alat tulis yang dipakai dalam navigasi adalah sama dengan alat tulis yang lain.
 

Unsur-Unsur Peta Topografi
  1. Skala
  2. Kontur
  3. Garis Bujur dan Garis Lintang
  4. Penunjuk Arah Utara
  5. Nomor Peta
 Skala
Adalah suatu ukuran perbandingan antara peta dengan permukaan bumi.
Ukuran skala biasanya menggunakan centimeter (CM).
Misal di dalam suatu peta terdapat skala 1 : 25000, berarti ukuran jarak 1 Cm yang ada di peta sama dengan 25000 Cm yang ada dipermukaan bumi.

Kontur
Membaca kontur, kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik yang berketinggian sama dari permukaan laut.

Sifat – sifat garis kontur adalah:
a. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
b. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
c. Garis tidak berpotongan dan tidak bercabang.
d. Interval kontur biasanya 1 : 2000 kali skala peta.
e. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam / terjal, garis kontur yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
f. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf ”U” menandakan punggungan gunung.
g. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf ”V” terbalik menandakan suatu lembah / jurang.
h. Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian.
i.  Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian.
j. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
k. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk.


Garis Bujur dan Garis Lintang
Garis yang tersedia di peta, untuk memudahkan dalam bernavigasi. Berbentuk kotak-kotak. Garis bujur berbentuk horisontal atau sejajar dengan garis katulistiwa, garis lintang berbentuk vertikal atau memotong garis katulistiwa.

Penunjuk Arah Utara
Suatu petunjuk arah yang tersedia di peta, yang dapat dijadikan patokan atau pedoman dalam menentukan posisi peta.
Bila di peta tidak terdapat penunjuk arah utara, biasanya arah utara menghadap ke atas peta.

Nomor Peta
Selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta.

 Istilah-istilah Navigasi

Dalam bernavigasi ada beberapa istilah yang harus kita mengerti, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.       Azimuth
2.       Back Azimuth
3.       Resection
4.       Intersection

  • Azimuth

Adalah titik koordinat atau arah tujuan yang ada didepan kita.

Azimuth juga sering disebut sudut kompas perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth, yaitu :
a.        Azimuth sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran.
b.       Azimuth magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran.
c.        Azimuth peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

  •  Back Azimuth
Adalah titik koordinat atau arah tujuan yang ada tepat dibelakang kita.

Rumus Azimuth dan Back Azimuth :
Jika koordinat lebih dari 180° dikurangi 180°, sedangkan koordinat kurang dari 180 ° maka ditambah 180°.
Contoh :
Azimuth 275°, maka Back Azimuthnya adalah 275° - 180° = 95°
Azimuth 80°, maka Back Azimuthnya adalah 80° + 180° = 260°

  • Resection
Adalah cara menentukan kedudukan / posisi kita dalam peta.

Mengorientasikan Peta

Mengorientasikan peta pada medan sebenarnnya sangatlah mudah. Alat bantu yang dibutuhkan berupa kompas bidik atau kompas silva.

Sejajarkan dahulu Utara dalam kompas dengan Utara Magnet(Utara pada magnet biasanya berwarna Merah) jaga agar tetap sejajar. Lalu sejajarkan penggaris kompas dengan garis bujur peta. Maka didapatlah posisi peta pada medan sebenarnya.

Langkah – langkah dalam melakukan Resection adalah sebagai berikut :
  1. Orientasikan peta terlebih dahulu, dengan cara menyamakan utara peta dengan sebenarnya.
  2. Carilah objek sebenarnya yang terdapat dipeta minimal 2 titik, semakin banyak titik - keakuratan akan semakin tinggi, misalkan titik puncak gunung, kawah, jembatan, dll
  3. Bidiklah titik A dengan menggunakan kompas bidik atau kompas silva, dapatkan koordinat dari titik A
  4. Lalu orientasikan/gariskan pada peta dengan menggunakan pensil
  5. Lakukan langkah ketiga dan keempat sebanyak 2-4 kali dengan titik objek yang berbeda
  6. Setelah tarik garis maka didapat garis yang bersilangan, maka didapat posisi kita di peta



  • Intersection
Adalah cara menentukan kedudukan / posisi orang lain dalam peta.

Langkah – langkah dalam melakukan Intersection hampir sama dengan Resection. Antara lain :
1.       Lakukan orientasi peta pada medan sebenarnya
2.       Lakukan resection X1, lalu bidik orang lain tersebut dan tarik garis koordinat ke peta
3.       Bergerak ke posisi lain
4.       Lakukan resection X2, lalu bidik orang lain tersebut dan tarik garis koordinat ke peta
5.       Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud


 Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke gunung Semeru, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.   Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
2.     Titik awal harus mudah dicapai/mudah aksesnya
3.   Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
4.   Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
5.   Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.



Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pandangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.

Beberapa manfaat penampang lintasan :
  1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
  2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
  3. Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu

Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
a.   Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
b.   Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
c.   Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
d.   Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
e.   Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.

Navigasi Praktis

Adalah proses penentuan arah lintasan secara cepat & tepat tanpa menggunakan alat bantu, tetapi menggunakan tanda – tanda & gejala alam sekitar.

Tanda – tanda atau gejala alam sekitarnya antara lain adalah sbb :


1.     Matahari, menunjukkan arah Timur dan Barat.
2.     Pohon besar dan batu besar, biasanya memiliki lumut. Lumut yang tebal menunjukkan arah Timur.
3.     Batu Nisan, menunjukkan arah Utara dan Selatan


Contoh peta topografi yang diperkecil


 




Survival



Survival adalah cara bertahan hidup di alam bebas dalam keadaan darurat dengan menggunakan potensi/alat bantu seadanya.

Orang yang melakukan survival disebut “SURVIVOR”.

Survival mempunyai sandi dari beberapa versi, berikut versi dari generasi SULPA:
S : Sadari situasimu sungguh – sungguh
U : Untung malang tergantung padamu
R : Rasa takut atasi segera
V : Vacum atau kekosongan isi dengan kegiatan
I : Ingat dimana kau berada
V : Viva atau hidup hargailah ia
A : Adat istiadat setempat patut hargailah
L : Latihlah dirimu dan belajarlah selalu

Versi Ikatan Pecinta Alam:
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet

                Dari manapun versinya, sandi dari survival mampu menjadi pedoman bagi setiap kelompok yang menggunakannya dengan baik.

Faktor penyebab survival ada dua. Diantaranya faktor manusia dan faktor alam.

Faktor manusia, situasi & kondisi yang memaksa dilakukannya survival :
·         Kehabisan / kehilangan bahan pangan / bekal, air, api, dll.
·         Tidak ada / kurangnya alat / perlengkapan yang dibutuhkan.
·         Kurangnya pengetahuan tentang lokasi dimana dia berada
( Nyasar ).
·         Kurangnya pengetahuan akan ilmu pendakian, seperti Pioneering
( managemen perjalanan ), Mountaineering, P3K, dll.

Faktor alam :
·         Perubahan cuaca, badai, kabut, dll

Macam–macam Survival, berdasarkan medannya terbagi menjadi :
1.       Survival hutan gunung ( jungle survival )
2.       Survival laut ( sea survival )
3.       Survival padang pasir ( Dust Survival )
4.       Survival kutub ( Arctic Survival )

Cabang–cabang ilmu survival
1.       Api
2.       Air
3.       Botani
4.       Bivouac
5.       Trap
6.       Survival kit
7.       Zoologi

Adapun selain Survival yaitu :

S  : Sit, Duduk dengan santai serta berusaha untuk tidak panik.
T  : Thinking, Berfikir dalam situasi yang sedang dihadapi.
O : Observe, Mengamati disekitar kita.
P : Planning, Rencanakan dan ketahui konsekuensinya terhadap kegiatan yang akan dilakukan.

                Dalam pendakian selalu ada kemungkinan jalur yang dilalui  pendaki bercabang, sehingga ada resiko tersesat. Maka dari itu ada baiknya memperhatikan keadaan alam sekitar yang bisa dijadikan tanda yang tidak mudah dilupakan, seperti tumpukan batu besar, pohon besar & tinggi, pohon tumbang & aliran sungai. Tanda alam tersebut bisa digunakan sebagai rambu pemandu kejalur semula bila tersesat.
                Bila berada pada suatu ketinggian tiba – tiba mendengar musik, adzan, motor, mencium aroma masakan yang menarik hidung, atau melihat cahaya lampu yang seolah – olah jaraknya dekat apalagi pada malam hari, sebenarnya kondisi itu hanya tipuan/ilusi yang disebabkan kondisi fisik & mental sudah menurun atau putus asa & panik. atau bisa juga dikarenakan angin yang kencang mambawa suara-suara tersebut. Dalam kondisi tubuh yang menurun, panca indera akan berfungsi maksimal.

Teknik Pendakian & Pengetahuan Dasar Bagi Mountaineer





  1. ORIENTASI MEDAN
A.       Menentukan arah perjalanan dan posisi pada peta
·       Dengan dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta.
Dengan menggunakan perhitungan teknik/azimuth, tariklah garis pada kedua titik diidentifikasi tersebut di dalam peta. Garis perpotongan satu titik yaitu posisi kita pada peta.

·       Bila diketahui satu titik identifikasi. Ada beberapa cara yang dapat dicapai
a.     Kalau kita berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, maka perpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau sungai adalah kedudukan kita.
b.    Menggunakan altimeter. Perpotongan antara garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan kontur pada titik ketinggian sesuai dengan angka pada altimeter adalah kedudukan kita.
c.     Dilakukan secara kira-kira saja. Apabila kita sedang mendaki gunung,
kemudian titik yang berhasil yang diperoleh adalah puncaknya, maka tarik garis
dari titik identifikasi itu, lalu perkirakanlah berapa bagian dari gunung itu yang telah kita daki.

B.       Menggunakan kompas
Untuk membaca peta sangat dibutuhkan banyak bermacam kompas yang dapat dipakai dalam satu perjalanan atau pendakian, yaitu tipe silva, prisma dan lensa.

C.       Peta dalam perjalanan
Dengan mempelajari peta, kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan dilalui atau dijelajahi. Penggunaan peta dan kompas memang ideal, tetapi sering dalam praktek sangat sukar dalam menerapkannya di gunung-gunung di Indonesia. Hutan yang sangat lebat atau kabut yang sangat tebal acap kali menyulitkan orientasi.
Penanggulangan dari kemungkinan ini seharusnya dimulai dari awal perjalanan, yaitu dengan mengetahui dan mengenali secara teliti tempat pertama yang menjadi awal perjalanan.
Gerak yang teliti dan cermat sangat dibutuhkan dalam situasi seperi di atas. Ada baiknya tanda alam sepanjang jalan yang kita lalui diperhatikan dan dihafal, mungkin akan sangat bermanfaat kalau kita kehilangan arah dan terpaksa kembali ketempat semula, dari pengalaman terutama di hutan dan di gunung tropis kepekaan terhadap lingkungan alam yang dilalui lebih menentukan dari pada kita mengandalkan alat-alat seperti kompas tersebut. Hanya sering dengan berlatih dan melakukan perjalanan.


  1. MEMBACA KEADAAN ALAM

A.       Keadaan Udara
1.       Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam. Sinar merah pada langit yang tidak berawan mengakibatkan esok harinya cuaca baik. Sinar merah pada waktu Matahari terbit sering mengakibatkan hari tetap bercuaca buruk.
2.       Perbedaan yang besar antara temperature siang hari dan malam hari. Apabila tidak angin gunung atau angin lembab atau pagi-pagi berhembus angin panas, maka diramalkan adanya udara yang buruk. Hal ini berlaku sebaliknya.
3.       Awan putih berbentuk seperti bulu kambing. Apabila awan ini hilang atau hanya lewat saja berarti cuaca baik. Sebaliknya apabila awan ini berkelompok
seperti selimut putih maka datanglah cuaca buruk.




B.       Membaca sandi-sandi yang diterapkan di alam

Menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti:
1.       Sandi dari batu yang dijejer atau ditumpuk
2.       Sandi dari batang/ranting yang dipatahkan/dibengkokkan
3.       Sandi dari rumput/semak yang diikat

Tujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah dan perlu kembali ke tempat semula atau pulang.


  1. TINGKATAN PENDAKIAN GUNUNG

Agar setiap orang mengetahui apakah lintasan yang akan ditempuhnya sulit atau mudah, maka dalam olahraga mendaki gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitan setiap medan atau lintasan gunung. Penggolongan ini tergantung pada karakter tebing atau gunungnya, temperamen dan penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan rapuhnya batuan di tebing, dan macam-macam variabel lainnya.

Pada dasarnya ada 3 jenis pendakian / perjalanan :
  1. Hill Walking atau Feel Walking
Perjalanan melalui bukit – bukit yang terlalu landai, tidak memerlukan peralatan teknis pendakian serta jalur pendakian sudah tersedia.
  1. Scrambling
Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak terlalu terjal.
  1. Climbing
Pendakian yang membutuhkan peralatan, penguasaan teknik mendaki dan penguasaan pemakaian peralatan.

Untuk melakukan suatu pendakian diperlukan hal – hal sebagai berikut :
  1. Ketahanan mental dan percaya diri.
  2. Disiplin dan konsentrasi.
  3. Kekompakkan.
  4. Packing.

Teknik pendakian & safety procedure di gunung :
1.       Aklimatisasi ( adaptasi tubuh ).
2.       Berjalan dengan langkah kecil.
3.       Berjalan dengan waktu 1 jam dan istirahat 10 menit.
4.       Perhatikan medan yang dilalui dan berjalan disisi yang aman.
5.       Ikuti jalan yang terlihat jelas apabila ditemukan jalan bercabang.
6.       Usahakan jangan jangan memotong lintasan yang ada.
7.       Berjalan zig zag pada medan yang curam akan membantu mengatur nafas dan irama langkah kaki.
8.       Ketika istirahat duduk dengan posisi kaki melonjor lurus sedikit keatas untuk normalisasi aliran darah.
9.       Teguk sedikit minuman dan makanan kecil.
10.    Usahakan jangan istirahat ditempat yang berangin, karena udara dingin dapat mengerutkan otot.
11.    Jangan meminum minuman yang beralkohol.
12.    Jangan terlalu lama beristirahat, karena dapat mengendurkan otot.
13.    Ada baiknya makan sedikit garam untuk menghindari kram.
14.    Hati – hati melewati kawah, karena kemungkinan ditemukan gas beracun.
15.    Hati – hati dalam menuruni gunung, karena beban berat dan badan lelah.
16.    Nyalakan senter bila penerangan kurang.
17.    Jangan ceroboh dalam melakukan tindakan.
18.    Tetap dalam rombongan dan jangan berpencar.
19.    Perhatikan cuaca yang dapat berubah dalam waktu singkat.
20.    Jangan ikuti aliran air, karena akan tersesat ke jurang / lembah.